oleh

BKKBN Sulut Gelar Pembinaan Kesehatan Reproduksi Bagi Remaja Kelompok Risiko Tinggi di Boltim

Boltim-Perwakilan BKKBN Provinsi Sulawesi Utara Gelar Pembinaan Kesehatan Reproduksi bagi Remaja Kelompok Risiko Tinggi (Anak Tidak Sekolah) di Kabupaten Bolmong Timur. Rabu (31/01/2024).

Kegiatan tersebut di buka Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Sulut Ir. Diano Tino Tandaju, M.Erg didampingi Ketua Tim Kerja Akses Kualitas Pelayanan KBKR membuka pelaksanaan Pembinaan Kesehatan Reproduksi bagi Remaja Kelompok Risiko Tinggi (Anak Tidak Sekolah) yang dihadiri oleh 30 orang Remaja yang tidak sekolah.

Dalam sambutannya Kaper BKKBN Sulut menyampaikan bahwa, Kehamilan remaja merupakan fenomena global dengan penyebab yang diketahui dengan jelas serta dampak serius terhadap kesehatan, sosial dan ekonomi. Seiring kemajuan tehnologi, remaja dapat mengakses dengan mudah semua berita melalui Internet. Kementerian Pemberdayaan perempuan dan Perlindungan Anak mengungkapkan 66,6% anak laki-laki dan 62,3 persen anak perempuan di Indonesia mengakses kegiatan seksual (pornografi) melalui online. Hal ini dapat berdampak negatif dalam karakter remaja yang mempunyai sifat mau mencoba hal yang baru.

“Salah satu upaya yang dilakukan untuk mencegah kehamilan remaja adalah memberikan informasi kesehatan Reproduksi yang benar dan mudah dipahami. Sehingga remaja dapat mengerti dan memahami fungsi reproduksi dan akibat yang dapat timbul bila melakukan seks pra nikah. Sering terjadi kehamilan yang tidak di inginkan, dimana pasangan yang masih usia remaja belum siap untuk menikah dan menjadi orang tua serta dapat mengakibatkan anak yang dilahirkan mengalami stunting.” Jelas Tandaju.

Selanjutnya para remaja di berikan materi yang disampaikan oleh Kadis Pendidikan Yusri Damopolii S.Pd MM, Direktur RSU Boltim dr Minarni Manoppo M.Kes dan Kadis PPKB Fera Maria Sewow, S.Sos.

“Putusnya sekolah pada remaja mengakibatkan remaja tersebut erat kaitannya dengan perilaku remaja yang berisiko, di antaranya yaitu merokok, minum-minuman beralkohol, penyalahgunaan narkoba, dan melakukan hubungan seksual pranikah. Pendidikan hak dan kesehatan reproduksi yang masih kurang mengakibatkan sederet masalah, salah satunya adalah tingginya kehamilan tak diinginkan (KTD).” Papar Damapolii.

Data BKKBN tahun 2020 menyatakan angka kehamilan tidak diinginkan di Indonesia 17,5 %. Diketahui bahwa dari jumlah penduduk remaja (usia 14-19 tahun) terdapat 19,6% kasus kehamilan tak diinginkan (KTD) dan sekitar 20% kasus aborsi di Indonesia dilakukan oleh remaja (BKKBN, 2021). Program Keluarga Berencana berupaya dalam menurunkan angka kehamilan yang tidak diinginkan melalui strategi pemberian promosi kesehatan.

Hal ini dibutuhkan untuk dapat memahami fungsi dari promosi kesehatan sendiri dengan meningkatkan pengetahuan, agar remaja memiliki sikap mendukung terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan juga akan mengurangi risiko penyimpangan kesehatan reproduksi.

Remaja pada sekolah menengah berisiko untuk melakukan penyimpangan reproduksi seperti hubungan seksual di luar nikah. Upaya promosi kesehatan dan pencegahan masalah kesehatan reproduksi sangat perlu diarahkan pada masa remaja, di mana terjadi peralihan dari masa anak menjadi dewasa, dan perubahan-perubahan dari bentuk dan fungsi tubuh terjadi dalam waktu relatif cepat.

Selain itu lingkungan keluarga dan masyarakat harus ikut peduli dengan kondisi remaja ini sehingga dapat membantu memberikan jalan keluar bila remaja mengalami masalah tidak malah di salahkan, tetapi perlu diarahkan dan dicarikan jalan keluar yang baik dengan mengenalkan tempat–tempat pelayanan kesehatan reproduksi remaja untuk mendapatkan konseling ataupun pelayanan klinis sehingga remaja masih dapat melanjutkan kehidupannya.

Kehamilan pada usia muda atau remaja antara lain berisiko kelahiran prematur, berat badan bayi lahir rendah (BBLR), perdarahan persalinan, yang dapat meningkatkan kematian ibu dan bayi, Atas dasar beberapa risiko tersebut, tahun ini mengacu pada Renstra BKKBN 2020-2024 terus menekan angka kelahiran kelompok usia remaja sampai 18/1000 kelahiran hidup (KH) pada tahun 2024.

Saat ini ASFR di Sulawesi Utara masih berada pada posisi yang terbilang tinggi dengan angka 42/1000 KH. Untuk menurunkan angka kelahiran pada kelompok tersebut, Perwakilan BKKBN Provinsi Sulut Melaksanakan Pembinaan Kesehatan Reproduksi bagi Remaja Kelompok Risiko Tinggi (Anak Tidak Sekolah) untuk meningkatkan pengetahuan remaja terhadap kesehatan reproduksi. pada remaja kelompok resiko tinggi dalam menurunkan resiko kehamilan yang tidak di inginkan di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur.

Kaper BKKBN Provinsi Sulut berharap dengan kegiatan ini dapat memberikan manfaat bagi para remaja yang hadir saat ini. Peserta dapat memahami fungsi reproduksi sehat pada remaja dan menghindari pernikahan dini dan kehamilan yang tidak diinginkan serta dapat menyampaikan tentang Kesehatan Reproduksi sehat kepada sesama remaja dan menjadi panutan untuk hal-hal yang positif.

Pemerintah Daerah Kabupaten Bolmong Timur (Bupati) melalui Kepala Dinas Pendidikan langsung memfasilitasi remaja putus sekolah untuk bisa melanjutkan pendidikan secara gratis baik pendidikan reguler maupun paket pendidikasn non formal (Kejar Paket). (*/J.Mo)