Morowali – Nikel merupakan salah satu bahan tambang yang istimewa karena diproyeksikan akan sangat dibutuhkan dalam industri energi masa depan. Dalam hal ini, Indonesia mempunyai posisi strategis dengan memiliki banyak tanah yang mengandung bahan tambang tersebut.
Memasuki akhir triwulan pertama tahun 2022, terjadi fenomena meroketnya harga nikel. Pekan ini, harga nikel mengalami lompatan tertinggi sepanjang sejarah. Pada pekan pertama Bulan Maret, harga nikel mengalami penguatan tajam mencapai US$101.350 per dry metrik ton atau sekitar 110,80 persen dibandingkan perdagangan sebelumnya. Kenaikan tersebut setidaknya tertinggi dalam 15 tahun terakhir.
Menyikapi fenomena tersebut, tambang-tambang di Morowali terpacu untuk segera merampungkan pembangunan smelter pengolahan nikel agar dapat segera mengekspor nikel harga yang tinggi. Hal tersebut dapat ditunjukkan melalui volume impor barang-barang tambang yang masuk ke kabupaten tersebut. Data dokumen impor yang dilayani Bea Cukai Morowali mengalami peningkatan.
Atas kenaikan harga nikel tersebut juga membuat domino efek yang positif bagi penerimaan negara. Dengan meroketnya harga dan kenaikan importasi, tentu penerimaan impor negara juga terkerek naik. Bea Cukai Morowali mencatat, sampai dengan 28 Maret 2022, Kabupaten Morowali dan Morowali Utara menyumbang 364 Miliar Rupiah dari sektor kepabeanan ke kas negara melalui importasi keperluan pertambangan.
“Kenaikan harga nikel dunia membawa sentimen positif terhadap pembangunan tambang dan penerimaan negara melalui bea cukai. Naiknya harga nikel meningkatkan geliat impor keperluan tambang di Morowali. Terjadi kenaikan volume impor tersebut juga berimbas kepada naiknya penerimaan bea masuk. Per 28 Maret, Bea Cukai Morowali telah menyetor 364 Miliar ke kas negara dari Morowali dan Morowali Utara” ujar Rubiyantara selaku Kepala Bea Cukai Morowali. (*/Johnny)