Cegah Stunting, BKKBN Galakkan Program GENTING, Empat Kepala Keluarga di Kelurahan Paniki Dapat Bantuan

Manado-Program GENTING (Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting) bantuan kembali bergerak di Kota Manado, tepatnya di Kelurahan Paniki. Ini dilakukan dalam upaya percepatan penurunan stunting,pada Kamis (28/08/2025).

Bantuan diberikan kepada sejumlah keluarga dengan risiko tinggi, termasuk yang ada di Paniki ini. Dalam rumah tersebut, terdapat empat kepala keluarga (KK), termasuk opa, oma, dua tante, dan sang ibu muda. Sang cucu kini berusia 1,5 tahun, sudah bisa berbicara meski masih malu-malu. Bayi ini dari pengakuan ibunya, sempat mengalami demam naik-turun saat tumbuh gigi, yang menyebabkan penurunan nafsu makan. Untuk perkembangan ASI pun telah berhenti sejak beberapa bulan terakhir karena bayi tidak mau menyusui lagi.

Keluarga ini rutin mengikuti kegiatan di Posyandu setiap bulan. Bantuan dari pemerintah telah diterima sejak tahun lalu, dan meskipun perkembangan anak masih terbatas, ada kemajuan kecil yang patut disyukuri. Ayah dari anak tersebut bekerja sebagai pembuat tahu dan tempe, menopang kehidupan sehari-hari bersama anggota keluarga lainnya.

Baca :Remaja Sulut Jadi Pilar Masa Depan, BKKBN Tegaskan Pentingnya Perencanaan Hidup

“Kami berharap anak ini bisa tumbuh dengan sehat dan cerdas. Mudah-mudahan ke depan makin baik dan tidak sakit-sakitan lagi,” harap Deputi Bidang Pengendalian Penduduk Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (Kemendukbangga/BKKBN), Bonivasius Prasetya Ichtiarto yang datang langsung membawa bantuan, Kamis (28/8/2025).

Ichtiarto yang didampingi Kepala Dinas Kependudukan, Pencatatan Sipil dan Keluarga Berencana (Disdukcapil-KB) Provinsi Sulawesi Utara, Christodharma Sondakh dan Kepala Perwakilan Kemendukbangga/BKKBN Sulut, Jeanny Yola Winokan menanbahkan penanganan stunting memerlukan waktu panjang dan upaya kolektif dari seluruh lapisan masyarakat. Karena itu, pemerintah mendorong kolaborasi melalui program GENTING, yang membuka ruang partisipasi dari masyarakat yang mampu untuk membantu keluarga-keluarga rentan.

“Angka stunting Indonesia berdasarkan SSGI 2024 sudah turun ke 19,7%, mendekati batas yang ditetapkan WHO yaitu 20%. Tapi kami tidak puas. Target Presiden Jokowi dulu adalah 14%, dan kini di bawah Presiden Prabowo kita ingin tekan bahkan sampai 0% jika bisa,” ujar Ichtiarto.

Ia mencontohkan keberhasilan di Kota Surabaya yang kini sudah berada di bawah 10% karena kuatnya peran serta masyarakat. Model serupa ingin diterapkan secara nasional melalui Gerakan Orang Tua Asuh, dengan pengawasan ketat terhadap akuntabilitas bantuan agar langsung menyasar masyarakat.

Selain intervensi, Bonivasius menekankan pentingnya aspek pencegahan. Ia menyoroti praktik pernikahan dini dan jarak kelahiran yang terlalu dekat sebagai penyebab utama tingginya kasus stunting.

“Jangan sampai satu wilayah sudah turun stunting-nya, tiba-tiba wilayah sebelah muncul kasus baru karena pernikahan usia anak atau kehamilan beruntun. Program keluarga berencana (KB) dan edukasi remaja sangat penting,” ujarnya.

Melalui kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, masyarakat, dan sektor swasta, diharapkan angka stunting bisa ditekan secara signifikan. Pemerintah juga memperkuat program berbasis komunitas seperti Kampung Keluarga Berkualitas dan Dapur Sehat Atasi Stunting. (*J.Mo)

Loading