oleh

Sonya Kembuan : Tokoh Agama Fondasi Kebudayaan Yang Modern

-Manado-88 Dilihat

MANADO – Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Manado Nomor Urut 2, Sonya Selviana Kembuan dan Syarifudin Saafa (SONYA-SYARIF) menggelar silaturahmi dengan para Tokoh Agama se-Kota Manado, Jumat (02/10/2020).

Dalam pertemuan yang dilangsungkan di Sekretariat Tim Pemenangan SSK-SS di Paal Dua Manado, Sonya Kembuan berkomitmen akan meningkatkan insentif atau tunjangan tokoh-tokoh agama, termasuk semua yang terlibat di rumah ibadah.

“Tunjangan bagi tokoh agama akan kami tingkatkan. Minimal harus sesuai UMP. Dan itu akan ditata dalam APBD serta peraturan daerah, sehingga ada dasar hukumnya,” ujar alumni Unsrat Manado ini.

“Jadi bukan hanya hanya pemberian donasi bagi rumah ibadah, tetapi semua yang terlibat dalam rumah ibadah. Bila dimasukkan di APBD, by name by address harus diberikan tanpa terkecuali. Jadi meski kami sudah tidak di eksekutif, program ini akan tetap berjalan,” paparnya.

Kenapa harus sesuai UMP, menurut SONYA, dirinya sangat sedih mendengar para Tokoh Agama dapat tunjangan 1.5 juta per bulan. Diakuinya, nominal tunjangan tersebut kurang mampu memenuhi kebutuhan hidup para imam dan pendeta di Kota Manado.

“Saya sedih, kok tunjangan untuk tokoh agama lebih kecil dari THL,” ucap Kembuan.

“Kalau pemberian tunjangan tidak merata dan tidak adil, pasti akan ada perlawanan. Dan pastinya tidak ada keharmonisan dalam membangun Kota Manado,” tambahnya.

Padahal menurut SONYA, dasar dari pembentukan akhlak manusia ada di rumah-rumah ibadah. Tokoh agama merupakan fondasi kebudayaan yang modern.

“Sudah selayaknya semua yang terlibat di rumah ibadah, harus diberikan penghasilan yang layak, sehingga kuailtasnya akhlak warga Kota Manado bisa ditingkatkan. Itu satu bagian dari program ‘Manado Kota Modern yang Berbudaya’ yang akan kita nikmati nantinya,” tegas SONYA.

“Belajarlah dari Jepang. Meski hampir semua serba digital, tetapi warganya tidak melupakan nilai luhur budayanya. Kita pun di Manado harus memiliki kesadaran itu, bahwa kebudayaan merupakan produk pariwisata. Turis akan berbondong-bondong datang kalau penduduk kotanya ramah, simpatik, dan memiliki budi pekerti yang baik,” pungkasnya. (*)